Minggu, 25 Agustus 2013
Orang Baik dan Bukan Orang Baik
Ketika sedang sarapan bersama teman-teman kantor, kita mulai berbicara hal-hal ringan. Pastinya pembukaan dibuka dengan keadaan kantor, antara keluhan, kebanggan, ketidakpuasan dan lain-lain. Biasa sambil menunggu secangkir minuman dan sepiring makanan untuk persiapan stamina kerja hari ini.
Pembicaraanpun mulai mengarah berat, sampai ke ranah politik. Namanya masyarakat kecil pasti seneng bahas politik dengan versi masing-masing, membandingkan politikus idsaman masing-masing. Sampai pada ketika berbicara salah satu tokoh politik senayan yang dibicarakan. Salah seorang teman mengatakan, si A itu sangat baik orangnya. Dia bilang, saya dikasih sebuah stand untuk jualan dengan gratis, harinya sangat dermawan. Dia mengaku sudah kenal lama dengan si A ini dan dari dulu memang sifatnya dermawan. Bahkan dia cerita bahwa disalah satu lokasi kota yang paling strategis, si A membangun amsjid yang luar iasa bagusnya. Dan teman saya berkesimpulan, si A harusnya bias membangun sebuah kawasan bisnis yang megah dari pada membangun masjid, tetapi menurutnya karena si A ini memang baik dan alim, maka dia memilih membangun masjid.
Saya mengenyitkan dahi mendengar cerita kebaikan si A. Setelah selesai menceritakan kebaikan si A, saya kemudian berkomentar, saya katakana bahwa dikelompok saya hamper semua membenci si A, dan dikelompok sayapun tidak punya simpati padanya. Hal itu terjadi karena sikap politiknya yang sangat merugikan kelompok saya. Dan saya juga katakana, inilah sebuah pelajaran besar hari ini. Hati kita terbuka lebar, bahwa sikap dan pandangan politik seseorang tidak bias menjadikan kesimpulan tentang pribadi seseorang.
Ketika melihat pujian kepada si A yang tulus karena sifat sosialnya, ternyata sangat bertentangan dengan pendapat kelompok saya yang sangat benci dengan pandangan politiknya. Pelajaran terbesar saya katakana pada teman2 saya, mulai sekarang ketika kita melihat politikus berpendapat, kita juga harus bias membedakan dia sebagai politikus dan dia sebagai pribadi. Karena politk dari segi masyarakat awam bias membius kita sampai bias menyimpulkan tentang pribadi seseorang.
dan yang paling harus disyukuri, sarapan pagi hari ini memberikan sebuah pelajaran hati, bahwa kebencian akibat pandangan politik sudah menempatkan prasangka dan dosa di hati saya selama ini, dan Alhamdulillah saat ini saya sudah menghilangkan satu titik hitam dihati saya untuk menuju Hati yang Juara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar